Hei kamu ...
Yups, akhirnya aku mampu bertatap denganmu. Ini adalah saat-saat yang selalu
aku tunggu karna kita selalu tak sempat untuk menatap. Kau tak selalu ada di
Kota ini. Dan aku yang tak selalu ada waktu senggang.
Pertemuan itu memang menyenangkan tapi tak selalu dengan akhir.
Menyenangkan ketika pertemuan itu hanya tentang aku dan kamu. Tapi, layaknya
cerita drama selalu ada konflik dan masalah disana.
Mulai ada Dia di pre-closing ini. Aku pun tak tau siapa Dia, hanya kau dan
teman-temanmu yang bercerita. Hingga saat jemariku mulai memberi jawaban
tentang pertanyaan yang tak pernah kupikirkan.
Saat itu pula waktu terasa lama dan seperti akan turun hujan lebat dengan
petirnya. Kaget... ahh bukan bukan bukan, bukan kaget. Hancur.. yaaa ini lebih
mirip dengan itu.
Diam seribu bahasa tak sepatah kata pun keluar dari mulutku hingga cerita
itu berakhir dan masih menggantungkan konflik didalamnya.
Seperti inikah mencintai seseorang? Tanyaku dalam
hati. Kenapa begitu menyakitkan? Pikirku saat itu. Ingin rasanya kau luapkan
kekecewaan itu, tapi aku pun tak ingin dia tau bahwa aku telah kecewa. Ego ku
terlalu tinggi untuk itu.
Sampai pada semua penjelasan dan bukti kau utarakan. Aku mencoba untuk
menata lagi kehancuran kemarin. Ku pikir ini akhir, namun tidak... Ini justru
awal hatiku semakin remuk.
Dan
sekali lagi mencintai seseorang itu menyakitkan. Bahkan sempat aku berfikir
untuk tak akan lagi menaruh hati pada seseorang terlabih dahulu.
Pertama kalinya
aku
menaruh hati terlebih dahulu pada seseorang, yang biasanya aku hanya terbiasa
dengan dicintai. Dan rasanya menyakitkan. Justru aku jatuh cinta pada orang
yang menyakitiku. Orang bilang aku telah salah menaruh hati, tapi entahlah... siapa
yang tahu pada siapa kita jatuh hati.
Kau jujur ketika kau telah pergi, aku tau... kau pun tak sanggup
mengungkapkannya langsung di depan mataku.
Bahwa kau telah terjebak dengan permainanmu sendiri. Apakah kau berfikir
untuk tidak jatuh hati padanya? kau tak kan pernah tau pada siapa kau akan
jatuh hati nanti. Dan kini kau terbelenggu diantara haitmu sendiri.
Kau telah benar-benar jatuh hati
pada orang yang kau mainkan. Aku tau, tak mungkin pula kau tak sedikit pun menyukainya.
Meski kau berkata kau membencinya, namun hatimu pun sakit telah mengatakannya. Aku
mencintai orang, yang juga mencintai orang lain.
Dan aku... Aku remuk lagi untuk
kedua kalinya. Bahkan tiga. Untuk urusan Dia, ini adalah kedua kalinya. Kau
ingin mengulangnya? Ulanglah dan aku akan pergi, dan maaf aku tak bisa kembali
untuk sesuatu yang ku tinggalkan.